BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Informasi adalah kombinasi dari
manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang
bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas
transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern
dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan dari
sistem informasi adalah : menyediakan informasi untuk membantu pengambilan
keputusan manajemen, membantu petugas didalam melaksanakan operasi perusahaan
dari hari ke hari, menyediakan informasi yang layak untuk pemakai pihak luar
perusahaan. Sistem informasi dapat dikatagorikan dalam empat bagian :
1.
Sistem
Informasi Manajemen
2.
Sistem
Pendukung Keputusan
3.
Sistem
Informasi Eksekutif
4.
Sistem
Pemrosesan Transaksi
Dalam hal ini tentu diperlukan
pengembangan sistem informasi atau yang sering disebut sebagai proses
pengembangan sistem ( System Development ). Pengembangan sistem
didefinisikan sebagai aktivitas untuk menghasilkan sistem informasi berbasis
komputer untuk menyelesaikan persoalan ( problem ) organisasi atau
memanfaatkan kesempatan ( opportuninties ) yang timbul.
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan permasalahan
yang terdapat pada latar belakang diatas, maka pada laporan ilmiah ini terdapat
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
konteks pengembangan Sistem Informasi ?
2.
Metode
apa saja yang digunakan dalam pengembangan Sistem Informasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
Penulisan ini dimaksudkan untuk para pembaca mengetahui bagaimana konteks
pengembangan sebuah Sistem Informasi
BAB II
ISI
2.1 Konteks
Pengembangan Sistem
Pengembangan system adalah proses
memodifikasi atau mengubah sebagian atau seluruh sistem informasi.
Penjelasan Gambar :
Konteks pengembangan yang
dimulai dari “Pemakai“ sebagai fungsi
yang membutuhkan pemrosesan data computer dengan menggunakan “Sistem
Informasi”
Tahap-tahap kebutuhan system pemakai
adalah analis system yang berfungsi untuk mendefinisikan kebutuhan informasi
spesifik si pemakai melalui empat tahap,yaitu :
•
Survei system berjalan
•
Mengidentifikasi kebutuhan
informasi si pemakai
•
Mengidentifikasi kebutuhan system
yang perlu untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemakai
•
Penyajian analis system
Hasil dari analis system dilanjutkan
ke perancangan system sebagai formulasi spesifikasi rinci dari system yang
telah dianalisa yang terdiri dari tiga tahap :
•
Evaluasi rancangan alternative
•
Penyajian spesifikasi rancangan
rinci
•
Penyajian laporan perancangan
system
Kemudian
hasil di implementasikan di tahap opersi dengan mengopersikan
peralatan-peralatan computer. Hasil akhir dari pengembangan system adalah
pemakai akhir yang akan didukung oleh pemrosesan data lainnya.
2.2 Metode Pengembangan Sistem
Banyak metode pengembangan sistem
yang tersedia, metode yang paling dikenal adalah System Development Life
Cycle ( SLDC ) atau sering disebut juga sebagai Water Fall Method.
Metode – metode lain yang dikenal adalah
·
Prototyping
·
Application Software
·
End-User Development
·
Outsourcing
·
Dll
2.2.1 Metode
System Development Life Cycle ( SLDC )
SLDC
merupakan metode pengembangan sistem yang paling tua diantara metode – metode
yang lainnya, sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar dan tidak di
sarankan untuk small scale project karena:
·
Resource intensive
·
Tidak
fleksibel
·
Sulit
untuk aplikasi dengan perubahan cara pengambilan keputusan yang sangat cepat
SDLC
(Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems
Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat
lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi
yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya
merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang
diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari
tahap-tahap: rencana(planning),analisis (analysis), desain (design),
implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan
(maintenance).
SDLC
adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan programmer
dalam membangun sistem informasi. Langkah yang digunakan meliputi :
1. Melakukan survei dan menilai
kelayakan proyek pengembangan sistem informasi
2.
Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
3.
Menentukan permintaan pemakai sistem informasi
4. Memilih solusi atau pemecahan
masalah yang paling baik
5. Menentukan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software)
6. Merancang sistem informasi baru
7. Membangun sistem informasi baru
8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan
sistem informasi baru
9. Memelihara dan melakukan
perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila diperlukan
System
Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses dalam membangun sistem
melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC. Model yang cukup populer dan
banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain SDLC misalnya fountain,
spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan synchronize &
stabilize.
Dengan
siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada
sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda.
Dalam
sebuah siklus SDLC, terdapat enam langkah. Jumlah langkah SDLC pada referensi
lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah tersebut adalah
1. Analisis sistem, yaitu membuat
analisis aliran kerja manajemen yang sedang berjalan
2. Spesifikasi kebutuhan sistem, yaitu
melakukan perincian mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem
dan membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem
3. Perancangan sistem, yaitu membuat
desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk
pengembangan sistem informasi
4. Pengembangan sistem, yaitu tahap
pengembangan sistem informasi dengan menulis program yang diperlukan
5. Pengujian sistem, yaitu melakukan
pengujian terhadap sistem yang telah dibuat
6. Implementasi dan pemeliharaan
sistem, yaitu menerapkan dan memelihara sistem yang telah dibuat
Siklus
SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah pertama hingga langkah
keenam. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji ulang, kadang-kadang
bersama expert user, terutama dalam langkah spesifikasi kebutuhan dan
perancangan sistem untuk memastikan bahwa langkah telah dikerjakan dengan benar
dan sesuai harapan. Jika tidak maka langkah tersebut perlu diulangi lagi atau
kembali ke langkah sebelumnya.
Kaji
ulang yang dimaksud adalah pengujian yang sifatnya quality control, sedangkan
pengujian di langkah kelima bersifat quality assurance. Quality control
dilakukan oleh personal internal tim untuk membangun kualitas, sedangkan
quality assurance dilakukan oleh orang di luar tim untuk menguji kualitas
sistem. Semua langkah dalam siklus harus terdokumentasi. Dokumentasi yang baik
akan mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem
Contoh gambar SLDC :
2.2.2 Metode
Prototyping
Prototype adalah sebuah Javascript Framework yang dibuat untuk lebih
memudahkan proses dalam membangun aplikasi berbasis web.
Metode protyping sebagai suatu paradigma
baru dalam pengembangan sistem informasi, tidak hanya sekedar suatu evolusi
dari metode pengembangan sistem informasi yang sudah ada, tetapi sekaligus
merupakan revolusi dalam pengembangan sistem informasi manajemen
Ada
2 Jenis Prototype :
Jenis I : Suatu Sistem yang akan
menjadi sistem operasional
Jenis II : Suatu model yang dapat
dibuang yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem operasional.
Kateristik metode prototyping meliputi
langkah-langkah :
1.
Pemilahan fungsi
2.
Penyusunan Sistem Informasi
3.
Evaluasi
4.
Penggunaan Selanjutnya
Jenis – jenis prototyping meliputi
1.
Feasibility prototyping
2.
Requirement prototyping
3.
Desain Prototyping
4.
Implementation prototyping
Teknik – teknik prototyping meliputi
1.
Perancangan Model
2.
Perancangan Dialog
3.
Simulasi
SISTEM YANG BERMANFAAT DARI PROTOTIPE (SYSTEMS THAT
BENEFIT FROM PROTOTYPING)
Sejak kebutuhan (baca Spesifikasi
Fungsi) pada umumnya berhubungan dengan pandangan user terhadap sistem, hanya
dengan prototipe tampilan bagi user sudah cukup untuk memeriksa yang
dibutuhkan. Menu-menu, bentuk tampilan input, tampilan keluaran, atau laporan
yang dicetak, pertanyaan-pertanyaan, pesan-pesan merupakan calon yang ideal
untuk prototipe.
Di lain pihak, perhitungan yang
rumit, kumpulan update data dan realtime, dan sistem yang bersifat scientific
sangat sulit untuk dijadikan model.
Sistem yang paling sesuai untuk
prototipe adalah satu dari banyak hal yang bergantung pada sistem input/output
dari user. Sistem dengan transaksi on-line dikendalikan melalui menu, layar,
formulir,
laporan, daftar dan perintah.
laporan, daftar dan perintah.
Keuntungan dari prototipe
1. Menghasilkan syarat yang lebih baik
dari produksi yang dihasilkan oleh metode ‘spesifikasi tulisan’.
2. User dapat mempertimbangkan sedikit
perubahan selama masih bentuk prototipe.
3. Memberikan hasil yang lebih akurat
dari pada perkiraan sebelumnya, karena fungsi yang diinginkan dan kerumitannya
sudah dapat diketahui dengan baik.
4. User merasa puas. Pertama, user
dapat mengenal melalui komputer. Dengan melakukan prototipe (dengan analisis
yang sudah ada), user belajar mengenai komputer dan aplikasi yang akan
dibuatkan untuknya. Kedua, user terlibat langsung dari awal dan memotivasi semangat
untuk mendukung analisis selama proyek berlangsung.
2.2.3 Metode
End – User Development
End
User Development (EUD) atau End User Computing (EUC) adalah salah satu metode
pengembangan sistem informasi yang dilakukan oleh pemakai dalam suatu organisasi
guna membantu pemakai (manajer) dalam menghadapi permsalahan permasalahan yang
bersifat ad-hoc yang melibatkan keputusan-keputusan yang tidak terstruktur yang
butuh penyelesaian cepat.
Dalam
mengambil kebijakan untuk melakukan atau menerapkan End User
Computing para pengembang sistem
informasi (manajer) harus memperhatikan keunggulan serta kelemahan dari EUC itu
sendiri. Berikut ini ada beberapa kelebihan dari EUC, yaitu:
1.
Dapat menghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem informasi.
Artinya dengan EUC, aplikasi yang dibutuhkan akan dapat diselesaikan dengan
lebih cepat karena dikembangkan sendiri oleh pemakai sistem.
2.
Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat dikembangkan
sendiri oleh pemakai, tentunya dalam hal ini pmakai akan lebih mengerti atau
memahami kebutuhan informasi sendiri bila dibandingkan dengan dikembangkan oleh
pihak lain.
3.
Menambah atau meningkatkan partisifasi aktif pemakai dalam proses pengembangan sistemnya
sehingga akan aa kepuasan sendiri dari pemakai sistem.
4.
Dapat menambah kualitas pemahaman pemakai terhadap aplikasi yang dikembangkan serta
teknollogi yang digunakan dalam sistem.
Selain memiliki beberapa keunggulan seperti di atas, pengembangan sistem
informasi oeh pemakai ( end user computing ) juga memiliki kelemahan-kelemahan
yang mesti mendapat perhatian pengembang sistem. Kelemahan-kelemahan itu adalah
sebagai berikut:
1.
Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri, maka dalam hal
ini pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut untuk memiliki pemahaman
mengenai teknologi informasi (computer literacy) serta pemahaman tentang
pengembangan sistem infomasi. Dalam kenyataannya tidak semua pemakai (manajer)
memiliki pemahaman yang dimaksud.
2.
End user computing memiliki resiko dapat menggangu bahkan merusak sistem informasi
di luar yang dikembangkan oleh pemakai sistem. Akibat dari ini misalnya saja
dapt merusak data pada basis data perusahaan jika pemakai sistem melakukan oparasi
seperti update data yang salah.
3. End user
computing pasti akan berhadapan dengan maslah kemampuan teknis pemakai
sekaligus pengembang sistem. Maksudnya end user computing ini tidak akan
efektif dan efisien jika pengembangnya adalah manajer perusahaan yang harus terlebih
dahuu bahasa pemrograman computer untuk dapat membangun program aplikasi yang
dibutuhkan. Paling tidaj ini akan sangat membutuhkan waktu. Sebaliknya jika
manajer sebagai pemakai dan pengembang sistem tidak dapat membuat program
aplikasinya, maka pnerapan EUC juga tidak akan efektif.
No comments:
Post a Comment